Skip to main content

Jadi Anak Perempuan di Desa Jaman Dulu



Ketika aku kecil, banyak orang bilang "Jadi perempuan nanti abis SMA nikah, urus suami dan urus anak, nggak usah sekolah tinggi-tinggi". Kalimat sesederhana ini, bisa membuat galau anak kecil itu, karena dia berpikir "aku bagusnya cuma belajar, dan kurang bisa memasak atau ngurus orang lain, wkkwk"

Ketika aku remaja, aku tahu bahwa aku tidak bisa dibilangin seperti itu lagi, tapi challenges dalam model lain berdatangan.. Pas masa remaja, aku ini kurang stabil (contohnya kalau lagi marah banting-banting barang yang kusayang), tapi kala itu, ditempatku, stabilitas emosional susah untuk dijadikan concern.. nobody talks about that because nobody knows about that..

tapi ya sudahlah, toh orang tidak tahu bagaimana struggle kita karena, apalagi yaa.. Aku tidak perlu cerita hal-hal yang pernah aku lewati, karena toh setiap orang melewati banyak hal,, jadi aku tahu kalau aku ada masalah, orang lain juga pasti ada masalah.. haha..

Cuma kalau diingat lagi, aku bisa bangkit dari keterpurukan karena memutuskan untuk membandel, membandel dari perkataan siapapun yang menyakitiku.. SIAPAPUN itu benar-benar siapapun, ada masa dulu aku juga membandel kepada orangtuaku.. hanya karena "banyak hal di kepalaku yang mereka tidak mengerti, dan aku tidak bisa mengkomunikasikannya"..

Sekarang ada suamiku yang aku bisa ajak berdiskusi apa saja, dan mungkin meskipun karakter kita sangat berbeda, ada persamaan frekuensi yang membuat kita bisa berdiskusi dan saling memahami.. Bisa dibilang, jika bukan karena aku mengenal suamiku dari bulan Agustus 2013, aku tidak akan bisa berproses sejauh ini, dari anak ingusan cengeng, menjadi seseorang yang lebih mandiri dan bisa menghargai seni "keputusan & konsekuensi". Aku tidak bisa memungkiri begitu besar perannya sejauh ini untukku berproses, memang Tuhan itu maha baik, memberikan kado pasangan yang membuka mata kita untuk tambah bersyukur "betapa indahnya hidup ini dengan segala variasi rasanya"..

Aku belajar untuk "Ambil baiknya dan buang yang bikin aku tidak suka", sama dengan orang terkait perkataanku, yang banyak buruknya ini.. hiks hiks.. "ambil baiknya, buang yang tidak kalian suka, jangan take it personal", karena aku ini hanya manusia, yang masih belajar, untuk meminimalisir salah bicara...

Eh tunggu, btw, anak kecil itu salah.. ternyata dia bagusnya bukan cuma baca buku, dia juga bisa masak, bersih-bersih rumah, merajut, menggambar, dan.. julid 😅

Dita Anggraini
Denpasar, 15 Februari 2020

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pengalaman Mengikuti Short Course Australia Awards "Renewable Energy Technology & Policies"

Tim Australia Awards Short Course Renewable Energy Technology & Policies 2018 Australia Awards Indonesia yang merupakan program beasiswa dari Pemerintah Australia untuk masyarakat Indonesia bukan hanya memiliki Long Term Awards program untuk pendidikan master, namun juga memiliki program Short Term Awards untuk mengikuti pelatihan singkat dengan topik-topik tertentu. Pada tahun 2018, saya memiliki kesempatan untuk mengikuti program Short Course dalam bidang energi terbarukan bersama 20 peserta terpilih lain dari seluruh Indonesia (terutama dari Indonesia Timur). Program Short Course ini terdiri dari 3 fase dengan total durasi 8 bulan, yaitu : Precourse di Indonesia (kurang lebih 3 hari) Kunjungan ke Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Jeneponto Precourse untuk mempersiapkan keberangkatan ke Australia, disana kita mendapatkan informasi mengenai jadwal acara, universitas dan institusi tempat kita akan belajar, akomodasi, kultur budaya di Australia, dan yang paling p...

Persiapan Keberangkatan (PK) LPDP "5 HARI MENGUBAH POLA PIKIR KU"

Foto bersama PK-152 Abhinaya Estungkara Pada Agustus 2019, alhamdulillah aku mendapatkan pengumuman bahwa aku dinyatakan lulus Beasiswa LPDP untuk meneruskan master ke luar negeri. Salah satu dari rangkaian proses bagi penerima beasiswa adalah "Persiapan Keberangkatan" atau yang sering disebut PK. Persiapan untuk PK sendiri sudah dimulai beberapa minggu sebelum PK dilaksanakan. Sejak bulan September kami sudah tergabung dalam grup Whatsapp dan milis email untuk PK-152 (ini angkatan PK saya, hehe), nama angkatan PK kami adalah Abhinaya Estungkara. Kami sudah mendapatkan banyak tugas sebelum PK, pada dasarnya kegiatan PK ini "Dari Kita dan Untuk Kita", jadi semua hiburan, logistik, dan berbagai acara diisi oleh kita sendiri. Tugas-tugas PK pun beragam, seperti membuat lagu angkatan, membuat logo angkatan, membuat maskot angkatan. menghafal Visi-Misi dan Mars LPDP, membuat susunan acara, membuat koreografi angkatan, membuat kaos angkatan, merancang kegiatan bakti s...

Renewable Energy System at Green School Bali - Helping to Develop the System

It has been 3 years for me working at Green School Bali , as well as explore my curiosity about renewable energy. It is really interesting to be involved in this school, an educational institution that teaches about sustainability and prepares the students to be green leaders. I had an opportunity to be interviewed by Tech for Impact, if you want to read their publication, please read their article HERE . I will say that developing solar and hydro energy in Indonesia is not an easy job, especially since the price of electricity from the public grid is really cheap here. But there are many other values that people must believe in fighting for renewable energy, such as : 1. Think about the environment, renewable energy is clean and low emission. 2. Think about how much is the Indonesian natural resources for renewable energy, if we do not start to develop the system now, other countries will own them in the future, sad! 3. Think about showcasing the future to th...